Notification

×

Iklan

Iklan

Tag Terpopuler

Kejatuhan Kerajaan Sunda: Pilih Mati daripada Menyerah kepada Fatahillah

Tuesday, May 27, 2025 | 17:04 WIB Last Updated 2025-05-27T10:04:32Z

 

Kejatuhan Kerajaan Sunda: Pilih Mati daripada Menyerah kepada Fatahillah
Sejarah Kerajaan sunda ai version



Karawangportal - Di tengah lembah-lembah subur dan pegunungan berkabut di wilayah barat Pulau Jawa, berdirilah sebuah kerajaan tua yang agung, Kerajaan Sunda. Kerajaan ini bukan sekadar wilayah, tapi jantung budaya dan spiritualitas masyarakat tatar Pasundan.

Berawal dari sisa-sisa Tarumanagara, kerajaan Sunda bangkit sekitar abad ke-7 M sebagai kekuatan baru di tanah Jawa bagian barat. Raja pertama yang dikenal adalah Tarusbawa, yang memindahkan pusat kekuasaan dari Tarumanagara ke pedalaman, membangun kerajaan baru yang akan dikenal sebagai Sunda.

Perdagangan, Kearifan, dan Kedamaian


Kerajaan Sunda berkembang sebagai pusat perdagangan yang ramai. Pelabuhan-pelabuhannya seperti Banten, Sunda Kalapa, dan Cimanuk menjadi pintu gerbang rempah-rempah dan hasil bumi ke dunia luar.

Namun Sunda tak hanya unggul dalam perdagangan. Ia juga dikenal karena nilai-nilai kearifan lokal, sikap ramah, dan keseimbangan hidup dengan alam. Kidung-kidung Sunda, seperti dalam naskah Bujangga Manik, menceritakan betapa masyarakat Sunda hidup selaras dengan gunung, sungai, dan sawah.

Kisah Pilu Perjanjian dan Pengkhianatan


Puncak drama terjadi di abad ke-16, ketika Kerajaan Sunda mencoba menjalin aliansi dengan bangsa Portugis untuk melindungi pelabuhan Sunda Kalapa dari ancaman ekspansi Kesultanan Demak dan Cirebon. Maka dibuatlah Perjanjian Sunda–Portugis.

Namun, aliansi itu gagal menyelamatkan Sunda Kalapa. Pada tahun 1527, pasukan gabungan dari Kesultanan Demak dan Cirebon yang dipimpin oleh Fatahillah menyerbu pelabuhan itu. Sunda Kalapa jatuh, dan sejak saat itu nama tempat itu diubah menjadi Jayakarta cikal bakal Jakarta.

Tanda Kehormatan Terakhir


Salah satu simbol perlawanan terakhir Sunda adalah Peristiwa Perang Bubat. Meski terjadi beberapa abad sebelumnya (abad ke-14), peristiwa ini menggoreskan luka mendalam.

Dalam kisah tragis ini, Dyah Pitaloka, putri Raja Sunda, dan keluarganya tewas di Lapangan Bubat karena pengkhianatan dari Majapahit. Sunda menolak tunduk, bahkan dalam pernikahan. Mereka memilih mati dalam kehormatan daripada hidup dalam penghinaan.

Warisan yang Tak Pernah Hilang


Hari ini, warisan Sunda masih terasa dalam budaya, bahasa, dan adat istiadat masyarakat Jawa Barat. Karuhun Sunda hidup dalam tutur kata, dalam degup angklung, dalam cerita-cerita tua yang masih diceritakan di bawah rindang pohon.

“Sunda mungkin runtuh sebagai kerajaan, tapi tidak sebagai peradaban.”

No comments:

Post a Comment

Karawang Portal | adalah tempat belajar blogger pemula dan profesional. Kamu bisa menemukan kami di sosial media berikut.

Note: Only a member of this blog may post a comment.

×
Berita Terbaru Update